SENYUM TERAKHIR
Bila kulitku menjadi tanah,
Jalanmu entah kemana ‘tuk berarah
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak aka nada lagi…
Masihkah kau menghinaku,
Memaki akan kurangnya diriku?
Pada suatuh hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi…
Masihkah kau mencemoohku,
Cemooh akan apa yang kukata?
Andai 100 tahun kudapati
Geram singa dalam jiwa terus memaki
Tak kuasa diriku terus mendaki
Terjal sulitnya hidup yang kuhadapi
Beribu cobaan yang dihadapi begitu bertubi-tubi
Namun, tak apalah
Berjumpa dengan-Nya saja pun aku sudah tersenyum
Mei 2014
NB: Puisi ini sedikit mengutip dari karangan Sapardi Djoko Damono.
Puisi ini pernah diterbitkan di buku antologi puisi Balai Bahasa
Yogyakarta, Mutiara Tiga Penjuru, Tahun 2014