LEMBARAN BERNAMA KAMU
telah berlembar-lembar kertas kutuliskan namamu
dalam harapku aku masih memiliki kamu
yang bertemu menjadi diam seolah menjadi tamu
di dalam hati yang merasa jemu
berjamu saat kamu muncul sebagai rinduku.
telah berlembar-lembar kertas kutuliskan namamu
tinta-tinta yang mungkin sudah sebanyak samudera
memanggil-manggil menyeru tuk bertemu
menginginkan perjumpaan seperti yang dulu
tanpa debat
tanpa sangsi
dalam lembaran-lembaran itu kutuliskan apa keinginanku;
inginku kamu, aku tak ingin debat
siapa yang salah, biarlah berlalu
bisa kah tak usah debatkan lagi? aku hanya ingin kamu