Featured

KEBERSAMAAN DENGAN KOPI DI KAFE PROVOKATIF

by - September 09, 2017


Kebiasaan berkumpul atau nongkrong menyimbolkan bahwa kolektifnya budaya sosial masyarkat Indonesia. Seperti biasanya, sering kita jumpai masyarakat Indonesia sekedar nongkrong diberbagai tempat seperti di warkop (warung kopi), warteg (warung tegal), bahkan di pinggiran jalan.


Banyak hal yang menjadi faktor-faktor mengapa orang Indonesia menyukai nongkrong, dimulai dari kebutuhan manusia sebagai homo socius seperti yang dikatakan Adam Smith, hingga kebutuhan akan kepentingan suatu agenda seperti rapat.

Pada umumnya, kopi sering menjadi minuman penghangat suasana saat nongkrong. Kopi-kopi berbagai macam jenisnya sebagai pelarut pergaulan, mulai dari kopi hitam yang sering dijumpai di pinggir jalan hingga kopi mewah yang ada di kafe-kafe.

Namun sering kita sadari, kehidupan nongkrong itu berbeda-beda berdasarkan tempat dan gaya ekonomi-sosialnya. Sering kita jumpai bila kekontrasan ini terjadi pada gaya bergaul seseorang dalam suatu komunitas perkumpulannya. Orang-orang pada ekonomi-menengah-kebawah biasnaya cenderung nongkrong dan menikmati kopi di warkop atau di starling (starbuck keliling), sebab kopi-kopi yang disajikan pada warkop dan starling sangatlah murah harganya dan menggunakan kopi instan. Sedangkan pada orang-orang eknomi-menengah-keatas sering berkumpul di kafe-kafe mewah dan bahkan dengan harga kopi yang sangat tinggi.

Para Pelanggan di Provokatif
Kafe Provokatif yang berlokasi di Jalan Scientia Boulevard, Ruko Newton Barat nomor 15, Tangerang, ini memiliki konsep dan pelayanan yang berbeda dalam bicara soal menikmati kopi dan berkumpul.

Barista Provokatif, Gabriel dan Husein
Di tempat ini berdasarkan nama aslinya, Provokatif Coffe & Space. Coffe bermakna tempat untuk meminum kopi dan Space bermakna lowong yang bertujuan untuk berkumpul. Provokatif menyajikan tempat untuk menikmati kopi yang sebagai mana mestinya pada kebiasaan orang Indonesia yang suka berkumpul tanpa memandang perbedaan.

Selain itu, Provokatif juga memiliki foodtruck untuk berkeliling. Biasanya foodtruck ini dipakai ketika ada event yang mengundang Provokatif untuk menyajikan kopi, atau di saat ada waktu untuk berjual keliling di pinggir jalan. Foodtruck ini memang fungsinya mirip-mirip yang ada di film Filosofi Kopi.


Ketika saya sekedar nongkrong di sini, para barista sangat ramah tamah bahkan mudah bergaul bersama pelanggannya.

Saat saya wawancara bersama Head Bar dari Provokatif, Fardho Khanandu mengatakan bahwa bersosialisasi dengan pelanggan bisa menambah wawasan soal kopi dan ilmu-ilmu lain baginya maupun pelanggan itu sendiri. Bersosialisasi itu sendiri dikarenakan lokasi kafe Provokatif berada di lingkungan mahasiswa.
Sasa (Pelanggan) dan Gabriel (Barista) berpose bersama.

Provokatif sendiri bisa memberikan kesempatan bagi yang ingin belajar membuat kopi. Para pelanggan yang berminat bisa menyeduh bahkan grin kopi sendiri. Tentu saja, pelanggan harus membayar kopinya yang dia seduh sendiri tanpa harus membayar uang belajar penyeduhan kopi.
Beberapa alat yang digunakan oleh barista Provokatif. Fardho Khanandu (baju Merah) sedang menyeduh kopi.

Saya bersama rekan saya, Tahrel berkesempatan membuat kopi dengan alat V60 dengan sedikit arahan dari barista Provokatif. Walaupun tidak begitu sempurna, para barista mengapresiasi kopi buatan kami.

Saya merasa puas dengan pelayanan di Provokatif. Selain itu, harga kopi di sini masih terhitung murah. Rasa kopi yang disajikan oleh baristanya memanjakan lidah bagi yang sudah terbiasa dengan minum kopi terutama, penikmat biji kopi lokal.

You May Also Like

0 komentar