KAMPUNG SINDANG BARANG, SAKSI BUDAYA SUNDA DI BOGOR
Siapa bilang jika ingin mempelajari budaya Sunda harus jauh-jauh dari Jabodetabek? Tidak perlu jauh-jauh mempelajari adat yang terjaga ratusan tahu hingga ke pedalaman Pandeglang pula. Tidak jauh dari kota Bogor, masih berdiri dengan gagah perkampungan budaya Sunda yang menjadi cikal-bakal Sunda Bogor.
Kampung teresebut bernama
Kampung Budaya Sindang Barang, saya berkesempatan untuk menikmati suasana
tradisional budaya Sunda. Perjalanan saya menuju kampung tersebut bersama
teman-teman saya yaitu, Kicay, Fayola, Fiena, dan Ilham, untuk mengerjakan
tugas kuliah kami. Perjalanan menuju ke tempat ini memakan waktu satu setengah
jam perjalan, melewati ruas tol Jagorawi. Karena pada saat itu nuansa liburan
Natal dan Tahun Baru, suasana jalan tol dan jalanan di Bogor tidak begitu
ramai.
Sesampai di sana, kami
bertemu dengan seorang sesepuh kampung Sindang Barang bernama Ukat Sukatma. Di
sana kami diberikan berbagai informasi dan pertunjukan seni yang ada di kampung
budaya tersebut.
Kata Ukat, kampung Sindang Barang ini secara harfiah, Sindang Barang berasal dari kata Sindang yang bermakna berhenti atau pergi, dan Barang yang berarti segala urusan. Sehingga kampung ini bermaksud untuk meninggalkan segala urusan terutama hal yang bersifat duiniawi.
Kata Ukat, kampung Sindang Barang ini secara harfiah, Sindang Barang berasal dari kata Sindang yang bermakna berhenti atau pergi, dan Barang yang berarti segala urusan. Sehingga kampung ini bermaksud untuk meninggalkan segala urusan terutama hal yang bersifat duiniawi.
Kampung ini dahulunya
adalah tempat penggemblengan prajurit kerajaan Sunda hingga matang. Tidak hanya
kerajaan Sunda saja yang mengembangkan kampung ini, kerajaan Pajajaran
setelahnya juga turut mengembangkan tempat ini.
Setelah bubar Pajajaran, Ki
Demang Haurteng seorang Mbah Dalem atau
pembantu raja. Pembantu raja itu adalah Fajar Pangawin salah satu dari
pasukannya pajajaran yaitu Timur Wali, membangun kembali desa yang bernama
pasir peurih hati karena rumahnya terbakar habis karena perang saudara
Pajajaran.
Demi melestarikan
situs-situs peninggalan sejarah, Kampung Budaya Sindang Barang menyelenggarakan
seminar tentang situs peninggalan kerajaan Pajajaran tersebut. Saat ini
rumah-rumah adat dan tradisi budaya di Kampung Budaya Sindang Barang telah
direnovasi dan perbaikan oleh dan Bapak Anis Djatisunda seorang sesepuh
Sindangbarang Jawa Barat. Rumah-rumah adat tersebut memang perlu direnovasi
agar tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang sunda.
Kampung Budaya Sindang Barang ini diresmikan pada 2007 oleh Danny Setiawan, Gubernur Jawa Barat.
Kampung Budaya Sindang Barang ini diresmikan pada 2007 oleh Danny Setiawan, Gubernur Jawa Barat.
***
Setelah bubar Padjadjaran sudah masuk abad ke16 mau ke 17 Ki Demang Haurteng atau disebut mbah dalem bernama Fajar Pangawin bersamaseorang pasukan Pajajaran yaitu Timur Wali, membangun kembali desa yang bernama Pasir Peurih Hati karena rumahnya terbakar habis oleh Pajajaran akibat perang saudara, yang pertama itu timur wali beliau turun ke putranya yang bernama Satya Manggala tapi bangsa Satya Manggala mengikuti keluarganya yang pergi ke daerah banten, yang tinggal disini yaitu keluarga muda yang menyusul saudara yaitu namanya mbah Jamaka jadi pasir peurih dilanjutkan oleh mbah jamaka
Generasi setelah sudah bubarnya Pajajaran memasuki abad ke-17 Sindang Barang awalnya dibakar lalu dibangun kembali dan dipegang oleh Mbah Jamaka karena Islam, lalu mengembangkan syair islam. lalu diturunkan oleh anaknya yaitu namanya mBaherah, lalu Jamaka wafat di bukit namanya bukit Cileeur.
Lalu sindang barang dilanjutkan oleh putranya yang bernama mBaherah yang ada kegiatan tradisi Serentaun, atau bisa disebut yaitu gemuruh bumi itu tetap dipertahankan walaupun agamanya sudah separuh islam dan separuh budaya lain.
Sudah ada 5 generasi, saat masuk ke abad 18, kemudian pada era kolonial belanda dipertahankan oleh adat sampai ada perang Gadog, yang menjadi saksi sejarahnya adalah taman bekas faktor perang adu domba. pemimpin sekarang sudah termasuk generasi yang ke-11 keturunan langsung dari kepala adat di sini selaku kokolot membantu dan mendampingi kepala adat.
Kebudayaan adat Sunda masih kental dalam perilaku kehidupan sehari-hari masyarakat. Dapat dibuktikan saat ada kegiatan Seren Taun yang dilakukan bersama masyarakat sekitar.
Di Kampung Budaya Sindang Barang terdapat banyak bermacam-macam kesenian Sunda yang telah dijaga dan dilestarikan oleh para penduduknya sejak dahulu, salah satunya adalah upacara Serentaun yang sebagai pengungkapan rasa syukur dari masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen dan hasil bumi tahun ini yang diperoleh, dan berdoa mengharapkan hasil panen yang lebih baik lagi pada tahun berikutnya.
Kegiatan Serentaun sudah ada sejak era Kerajaan Padjajaran dan masih berlangsung. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap tahun dan dipimpin langsung oleh ketua adat, namun ketua adat terakhir Etong Sumawijaya wafat dan tidak ada yang melanjutkan, maka Serentaun tidak dilaksanakan secara ramai ramai, namun diadakan sendiri-sendiri oleh masyarkat yang masih mempercayainya.
Kampung Budaya Sindang Barang adalah salah satu kampung adat yang ada di Jawa Barat. Kampung Budaya Sindang Barang adalah salah satu komunitas yang hingga kini mempertahankan aspek kebudayaan lokal kerajaan Padjadjaran, dimana terdapat lokasi sejarah Pakuan Sindang Barang, upacara tradisional (upacara adat Seren Taun, upacara adat Neteupken, upacara adat Pabeasan, dan berbagai upacara adat lainnya), dan berbagai kesenian tradisional Sunda.
Sesepuh Kampung Budaya
Sindang Barang, Ukat Sukatma yang menemani saya berkeliling kampung budaya
tersebut mengatakan, “Serentaun
kembali dilaksanakan kembali setelah adanya pengakuan kembali ketua adat karena
inisiatif dari beberapa kelompok adat yang ingin melestarikan budaya Sunda di
Sindang Barang yang telah tergabung dalam kelompok Sunda Pura Sindang Barang.
Pelaksanaan Serentaun pada waktu itu
mendapat respon positif dari sebagian masyarakat sekitar”
Kesuksesan pelaksanaan Serentaun itu juga menarik perhatian
pemerintah daerah setempat karena menyangkut pelestarian budaya Sunda dari
jaman dahulu hingga sekarang patut diapresiasi. Dengan dukungan pemerintah
provinsi dan kabupaten dan masyarakat kawasan Sindang Barang, mereka dapat
membuat suatu kawasan budaya Kampung Budaya Sindang Barang yang kita kenal hingga sekarang.
Untuk melestarikan
kesenian tradisional yang sudah ada sejak dahulu, di Kampung Budaya Sindang
Barang menyelenggarakan pelatihan tari seperti jaipong, gamelan, angklung dan silat untuk generasi
muda, serta kegiatan ini tidak dipungut biaya sama sekali. Untuk anak-anak
muda yang telah jago di bidang kesenian masing-masing nanti akan di
ikutsertakan dalam pentas penyambutan tamu yang tentunya akan menambah
pengalaman untuk mereka sendiri.
***
Kampung budaya Sindang Barang juga menyediakan paket satu kamar untuk bermalam bersama keluarga dengan harga 700.000 ribu rupiah dan sudah termasuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Selain itu juga bisa untuk pake seharga 300.000 ribu rupiah hingga 350.000 ribu rupiah dan sudah termasuk makan dan mengikuti 8 kegiatan yang ada di Sindang Barang.
Model rumah yang ada di Sindang Barang ini dahulunya adalah rumah sunda yang bernama Gadong Bangkong. Tidak ada hitungan sewa per jam untuk menginap atau beristirahat disini, jika hanya untuk istirahat rumah dibuka dari harga 400ribu rupiah, dari pagi sampai jam 4 sore dan jumlah kapasitasnya dibawah 10 orang.
Selain itu, di Kampung Budaya Sindang Barang, terdapat beberapa bangunan yang dijadikan tempat penginapan. Ada kurang lebih 6 rumah yang dijadikan penginapan dan disewakan ditambah 4 rumah lainnya yang dijadikan kantor dan 1 musholla. Selain bangunan rumah, ada juga bangunan unik lainnya yaitu leuit yaitu lumbung padi.
Kegiatan yang bisa diikuti dalam paket ini seperti: Pemaparan sejarah Sunda, mewarnai caping, membuat kerajinan dari daun kelapa, membuat Kelocer atau baling-baling bambu, mewarna miniatur leuit atau lumbung padi, belajar kesenian tari Jaipong, menyaksikan pertunjukkan tari Jaipong, dan bermain permainan tradisional.
Pengunjung juga bisa keliling kampung sambil belajar sejarah sunda, seperti Jaipong dan alat musik tradisional lainnya yang ada di kampung ini. Untuk pelatihan dibuka setiap hari. Sedangkan untuk langsung melihat pertunjukan tarian tradisional dan silat asal sunda, diadakan pada di hari Sabtu siang setelah sholat dzuhur.
Belajar tentang sejarah sunda, belajar menumbuk padi, permainan tradisional, belajar angklung, belajar tari jaipong, tracking dan menangkap ikan, adalah beberapa kegiatan dalam jelajah sehari Kampung Sindangbarang yang sangat menarik untuk dicoba dengan teman-teman dan keluarga untuk melepaskan penat yang ada di didalam kepala.
Saat kami kemari, kebetulan juga sedang ada pertunjukkan tari Jaipong dan silat yang diadakan setiap pekannya di aula kampung yang sejuk.
Awalnya kami hanya mengambil footage untuk gambar video liputan, saat memasuki waktu pementasan, sudah siap anak-anak yang menunggu di depan aula dengan pakaian kebaya sunda dan rambut yang dikepang panjang dan dilengkapi oleh riasan di muka, untuk mengajak kami segera ke aula kampung untuk menyaksikan pertunjukkan.
Komentar
Posting Komentar