Featured

PENGALAMAN HOROR SAAT TRAVELING (PART 1): PERJALANAN MISTIS DI GUNUNGKIDUL

by - September 07, 2018


Foto bersama teman-teman di Pantai Seruni, gambar ini diambil oleh Sofi.

Ini adalah pengalaman saya waktu jalan-jalan bersama teman-teman sekelas saya di SMA. Perjalanan yang kami lakukan adalah ke Pantai Seruni di Gunungkidul menggunakan motor beramai-ramai, tentunya berboncengan agar motor tidak banyak. Saya adalah salah satu yang dibonceng, karena tugas utama saya adalah mendokumentasikan sepanjang jalan hingga di tempat tujuan.

Oke, sebelum ke inti ceritanya, secara rincinya beginilah urutan motor yang berboncengan dari urutan depan hingga belakang, biar kalian paham.

1. Edo-Husni
2. Doli-Brian
3. Yoga-Sofi (Mereka pasangan yang nempel terus waktu itu)
4. Dzaki-Saya
5. Herdian-Bagas

Perjalanan dimulai pada pagi hari saat sekolah libur di saat sekolah-sekolah lain tidak libur. Saya lupa perjalanan itu pada hari apa, tapi perjalanan kami sudah direncanakan di grup Line kelas dan hanya segelintir inilah yang ikut.

Dari Kota Jogja sebenarnya baik-baik saja, kami beramai-ramai bermotoran dengan senang riang. Namun saat mulai masuk Panggang, saya mulai buang air kecil di pinggir sawah di bawah pohon beringin. Sebelum buang air kecil, kami biarkan Herdian dan Bagas yang berada di belakang kami untuk lebih dulu, agar tidak menunggu.

Untuk kamu tahu, Jalan Panggang yang kami lalui yang berada di perbatasan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul ini aspalnya bersih dan enak buat kebut-kebutan anak touring. Jadi untuk-kebut-kebutan tidak masalah, asal ada helm dan alat keselamatan berkendara lainnya.

Saya buang air kecil di semak-semak tanpa permisi, karena memang bagi saya hal-hal jin yang menakut-nakuti adalah mitos. Toh, semua kejadian-kejadian mistis terjadi karena mindset kita yang bekerja, bukan berarti kejadian tersebut nyata.

Berhubung tidak enak dengan Dzaki yang sudah menunggu, terlebih kita adalah urutan terakhir, sudah pasti kami tertinggal jauh dari yang lain.

Namun di suatu tempat, Herdian bersama Bagas menyalip kami dari belakang. Tapi mereka seperti tidak menoleh kami, padahal kendaraan yang jaraknya  sudah dekat jika touring, umumnya pasti bikin ribut. Saya dan Dzaki sudah menyoraki mereka padahal.

Mereka pun berlalu.

Kemudian saya tersadar, "Dzak, bukannya Herdian sama Bagas udah duluan ya, pas gue kencing tadi?"

Dzaki terkejut, "Ho'oh, cuk!"

"Terus tadi siapa, anjir?!" saya mulai panik.

Kemudian kami langsung mengejar motor-motor lain agar merapat, agar semua terkumpul dalam rombongan. Semua lengkap, termasuk Herdian dan Bagas juga ada. Kami menceritakan kejadian barusan, Herdian dan Bagas kaget.

"Opo? Wong aku ro Bagas wes mlaku ket kowe nguyuh mau, (Apa? Orang aku sama Bagas udah jalan pas kamu kencing tadi)" ujar Herdian.

Akhirnya kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan hingga Pantai Seruni.

***


Hari sudah petang, kami usai puas dari bemain-main ria di Pantai Seruni. Pantai itu sedang sepi karena hanya kamilah satu-satunya yang sedang libur di hari-hari kerja. Kami memutuskan pulang lewat jalan Jogja-Wonosari agar lebih cepat sampai di rumah masing-masing.

Malam akhirnya jatuh, kami memutuskan untuk rehat di dekat sebuah gereja tua di suatu desa di Gunungkidul. Anehnya, seluruh desa ini gelap gulita. Mungkin mati lampu, tapi yang anehnya adalah biasanya bila mati lampu di perkampungan orang-orang mungkin ada yang memutuskan untuk keluar rumah untuk mencari udara segar, atau sekedar merokok.

Banyak hal yang janggal, kami memutuskan untuk langsung berangkat. Rombongan motor kami cukup saling berdekatan agar tidak mengalami hal-hal aneh lagi. Hingga sampai di suatu perkebunan yang sama sekali tidak ada lampu jalannya, saya tersadar bahwa tripod kamera saya tertinggal di depan gereja yang kami gunakan untuk beristirahat.

"Dzak, gue baru inget. Tripod gue ketinggalan!" kata saya kepada Dzaki.

"Hyeu, sek tak kon mandek kabeh sek. Ben do iso ngenteni adewe jipuk tripode, (Yailah, bentar, aku suruh berhenti semua dulu. Biar pada bisa tungguin kita ambil tripodnya)" Jawab Dzaki.

BACA JUGA:PENGALAMAN HOROR SAAT TRAVELING (PART 2): WANITA MISTERIUS YANG MENEROR PERJALANAN


Kemudian Dzaki maju paling depan, supaya mengomando rombongan agar berhenti karena tripod saya tertinggal. Setelah semuanya berhenti, dan mau menunggu kami, saya dan Dzaki melaju cepat menuju gereja di perkampungan tadi yang jaraknya sudah cukup jauh.

Singkat cerita, kami sampai di gereja itu lagi. Saya sesegera mungkin turun dari motor untuk mengambil tripod yang tergeletak di atas kursi panjang di depan gereja tersebut. Tapi sesaat saya mengambil tripod saya, lampu-lampu di perkampungan itu menyala.

"Cuk, gek ndang kene!! (Cuk, cepat kesini!)" Tiba-tiba Dzaki membentak.

"Iyo iyo" jawabku dengan kesal dibentak.

Setelah saya naik di motor, Dzaki langsung melaju kesetanan ke tempat teman-teman yang menunggu kami. Tetap saja kelajuan Dzaki mengherankan bagi saya, karena seperti panik. Sampai mendekati teman-teman yang sedang leha-leha menunggu kami, saya pun memutuskan bertanya kepadanya.

"Tadi kenapa teriak-teriak sih, Dzak?"

"Mau aku ndelok.... (Tadi aku melihat)" Dzaki tiba-tiba menggigil.

"Ndelok opo? (Lihat apa?)" tanyaku.

"Neng duwurmu pas, ono... kuntilanak gantung delok kowe... (Di atasmu pas, ada... Kuntilanak tergantung melihatmu..)" 

You May Also Like

0 komentar