CAMPING CERIA DI KAKI GUNUNG SALAK BOGOR, PLUS ITINERARY
Diambil oleh Ibnu Beno |
Bisa dibilang perjalanan kali ini adalah perjalanan kere abis pasca UAS dan menjelang natal.
Usai sudah kegiatan perkuliahan yang bikin pusing kepala di tahun ke 3 di UMN, saya bersama teman-teman TulisanKita.com melakukan perjalanan untuk kemah di sekitar Gunung Bundar, Bogor, atau lebih tepatnya di kaki Gunung Salak. Aktivitas ini awalnya, buat konten video pertama saya di TulisanKita.com, tapi gagal karena kemageran di lokasi yang tak terbendung. hehehe...
Usai sudah kegiatan perkuliahan yang bikin pusing kepala di tahun ke 3 di UMN, saya bersama teman-teman TulisanKita.com melakukan perjalanan untuk kemah di sekitar Gunung Bundar, Bogor, atau lebih tepatnya di kaki Gunung Salak. Aktivitas ini awalnya, buat konten video pertama saya di TulisanKita.com, tapi gagal karena kemageran di lokasi yang tak terbendung. hehehe...
***
Perjalanan di awali dengan titik kumpul kami di Kafe Provokatif, tempat kami biasa berkumpul, dan rekan kami, Linda bekerja. Kami sengaja berkumpul di sana sembari menunggu Linda menyelesaikan shiftnya, sampai jam 8.
Kami sudah menyiapkan segala peralatan kemah, mulai dari tenda (kapasitas 5 orang), kompor kecil, gas, dan logistik lainnya, termasuk *uhuk* amer. Sebenarnya, tenda bisa disewa di lokasi, tapi harganya lumayan menggali kantong kayak gali kubur, muahaaaalll. Harga sewanya sekitar Rp 165 ribu per malam (kapasitas 5 orang).
Akhirnya, setelah Linda selesai shift. Kami berlima (Saya, Linda, Andi, Dominic, dan Ibnu) langsung melakukan perjalanan ke lokasi perkemahan yang sudah dikontak sebelumnya, Panorama Alam Camp Ground.
Perjalanan yang kami tempuh kira-kira membutuhkan waktu 2,5 jam lebih, karena berkendara santai dan lebih sering berhenti untuk merelaksasikan bokong kami yang keram menggunakan motor. Di tambah lagi jalan yang kami lalui menurut Google Maps (yang bisa diatur pakai rute motor), pas di Ciseeng, kami melewati jalan yang sepi jauh dari peradaban, dan gelap. Takutnya sih ada begal, karena konon masih ada di kawasan tersebut.
Akhirnya kami sampai di Panorama Alam dengan tampan pada pukul 11 malam, kami langsung mendirikan tenda. Di sekitar kami ada 3 tenda, 2 tenda di antaranya adalah kemah keluarga, dan satu di dekat kami adalah tenda berisikan sekumpulan anak muda seusia kamu dari Depok.
Selama kami menyiapkan perkemahan, Ibnu menjalin komunikasi dengan mereka. Ya, ada manfaat juga, bisa bertukar pikiran. Ibnu membantu menyeduhkan kopi buat mereka, dan timbal baliknya, mereka meminjamkan kami nasting untuk makan, kebetulan kami hanya memimiliki panci untuk masak dan makan.
Setelah kenyang karena makan malam, berbincang-bincang dengan tenda sebelah, serta tenda sudah nyaman untuk dimasukki, kami mulai tidur cantik kami berlima untuk memulai petualangan esok harinya.
***
Esok harinya kami memulai hari dengan sarapan nasi uduk dari ibu-ibu yang membawa bakul nasi. Harganya teritung murah, Rp 10 ribu saja. Ibu-ibu ini sebenarnya akan berjualan di Curug Pangeran. Cukup salut juga, karena ibu-ibu ini berasal dari perkampungan yang ada di bawah perkemahan ini, dan tidak bisa saya bayangkan rutenya, karena trek untuk sampai perkemahan ini saja motor matic susah menanjak.
Oh iya, tenda-tenda yang lain pada pagi harinya dibongkar. Mereka yang sudah ada sebelum kami hanya bermalam 1 malam saja, jadi keesokan harinya mereka ke Curug dan saat sudah selesai langsung pulang. Beda dengan kami yang akan bermalam lagi di sini karena ingin mendapatkan sensasi bermalam di gelap.
Setelah kami membayar perkemahan malam pertama + akses masuk curug, yaitu Rp35 ribu. Kami langsung bersiap untuk ke curug.
***
Curug yang kami singgahi pertama adalah Curug Pangeran. Curug ini memiliki dinding batu alami yang terkikis alami, dan menyerupai terjunan air pancur di rumah orang-orang, namun ukurannya lebih besar dan tidak serapuh itu.
Curug Pangeran ini memiliki 2 lokasi yang bisa dikunjungi, bawah dan atas. Hanya terpisahkan oleh satu tanjakan yang tersedia P3K dan MCK bagi yang ingin ke toilet atau mengganti baju. Sedangkan yang di atas, lebih luas dan memiliki 3 kolam alami untuk berenang.
Di 2 lokasi tersebut juga ada tempat untuk terjun bebas, tapi saya menyarankan untuk 'main terjun-terjunannya' di lokasi yang atas, sebab lokasi yang atas memiliki kedalaman yang cukup dalam sehingga aman untuk terjun dari bahaya batuan di dasarnya.
Kemudian dibawah Curug Pangeran, kami menuju ke Curug Ngumpet (di maps sih tulisannya begitu, tapi beberapa orang bilangnya Curug Balong Indah). Di Air terjun ini banyak jajanan warung-warung yang menjajakan mie instan, burger dan lain-lain (dan kami jajan lagi, makin banyak dah pengeluaran).
Sayangnya di Curug ini dilarang berenang di dekat air terjun. Sebab memiliki kedalaman 3-6 meter. Ada tali kuning yang jadi pembatasnya, dan hanya boleh berenang di luar batas tersebut.
***
Di dekat perkemahan kami terdapat gubuk yang cukup luas. Umumnya sering kami gunakan untuk toilet, charge ponsel, dan menyimpan helm kami. Di sinilah kami bersantai di sore harinya, karena pada saat itu hujan turun.
Saya memasang hammock sambil menikmati sore itu merasakan sejuknya alam. Cukup dingin suhu sehingga membuat saya tenang.
Saya melihat, teman-teman saya bersenda gurau sambil memakan snack dan menikmati makanan nasi uduk yang ketiga-kalinya karena bertemu dengan ibu-ibu penjual. Omongan teman-teman saya ada yang becandanya berbobot (biasanya sih disebut receh) yang membuat saya kadang ikut tertawa, dan ada juga yang benar-benar berbobot pembicaraannya sore itu.
Rasanya, waktu-waktu seperti ini jangan dibiarkan berlalu....'
Malam pun jatuh, hujan juga reda. Kami berpindah ke depan tenda, dan sebagian ada di dalam tenda. Melanjutkan aktivitas kami sambil akustikan menikmati malam bersama. Hanya tenda kami yang berdiri, dan sendiri.
Bintang-bintang bermunculan dari sikap malu-malunya yang habis ditutupi awan.
Ah~ damai rasanya. Sayang, besok pagi kami harus pulang.
Selamat hari natal!
Setelah kenyang karena makan malam, berbincang-bincang dengan tenda sebelah, serta tenda sudah nyaman untuk dimasukki, kami mulai tidur cantik kami berlima untuk memulai petualangan esok harinya.
***
Diambil timer pakai ponselnya: Andi Gustiansyah (Kiri ke kanan) Andi, Linda, Dominic, Ibnu, dan saya. |
Esok harinya kami memulai hari dengan sarapan nasi uduk dari ibu-ibu yang membawa bakul nasi. Harganya teritung murah, Rp 10 ribu saja. Ibu-ibu ini sebenarnya akan berjualan di Curug Pangeran. Cukup salut juga, karena ibu-ibu ini berasal dari perkampungan yang ada di bawah perkemahan ini, dan tidak bisa saya bayangkan rutenya, karena trek untuk sampai perkemahan ini saja motor matic susah menanjak.
Oh iya, tenda-tenda yang lain pada pagi harinya dibongkar. Mereka yang sudah ada sebelum kami hanya bermalam 1 malam saja, jadi keesokan harinya mereka ke Curug dan saat sudah selesai langsung pulang. Beda dengan kami yang akan bermalam lagi di sini karena ingin mendapatkan sensasi bermalam di gelap.
Setelah kami membayar perkemahan malam pertama + akses masuk curug, yaitu Rp35 ribu. Kami langsung bersiap untuk ke curug.
***
Diambil sendiri |
Curug Pangeran ini memiliki 2 lokasi yang bisa dikunjungi, bawah dan atas. Hanya terpisahkan oleh satu tanjakan yang tersedia P3K dan MCK bagi yang ingin ke toilet atau mengganti baju. Sedangkan yang di atas, lebih luas dan memiliki 3 kolam alami untuk berenang.
Di 2 lokasi tersebut juga ada tempat untuk terjun bebas, tapi saya menyarankan untuk 'main terjun-terjunannya' di lokasi yang atas, sebab lokasi yang atas memiliki kedalaman yang cukup dalam sehingga aman untuk terjun dari bahaya batuan di dasarnya.
Diambil oleh: Ibnu Beno |
Kemudian dibawah Curug Pangeran, kami menuju ke Curug Ngumpet (di maps sih tulisannya begitu, tapi beberapa orang bilangnya Curug Balong Indah). Di Air terjun ini banyak jajanan warung-warung yang menjajakan mie instan, burger dan lain-lain (dan kami jajan lagi, makin banyak dah pengeluaran).
Sayangnya di Curug ini dilarang berenang di dekat air terjun. Sebab memiliki kedalaman 3-6 meter. Ada tali kuning yang jadi pembatasnya, dan hanya boleh berenang di luar batas tersebut.
***
Di dekat perkemahan kami terdapat gubuk yang cukup luas. Umumnya sering kami gunakan untuk toilet, charge ponsel, dan menyimpan helm kami. Di sinilah kami bersantai di sore harinya, karena pada saat itu hujan turun.
Serasa jadi raja, cuy. Terima kasih Dominic, sudah menyalakan rokok saya, tidak cuma ambil rokok saja. 😀😁 Diambil oleh: Andi Gustiansyah |
Saya memasang hammock sambil menikmati sore itu merasakan sejuknya alam. Cukup dingin suhu sehingga membuat saya tenang.
Saya melihat, teman-teman saya bersenda gurau sambil memakan snack dan menikmati makanan nasi uduk yang ketiga-kalinya karena bertemu dengan ibu-ibu penjual. Omongan teman-teman saya ada yang becandanya berbobot (biasanya sih disebut receh) yang membuat saya kadang ikut tertawa, dan ada juga yang benar-benar berbobot pembicaraannya sore itu.
Rasanya, waktu-waktu seperti ini jangan dibiarkan berlalu....'
Malam pun jatuh, hujan juga reda. Kami berpindah ke depan tenda, dan sebagian ada di dalam tenda. Melanjutkan aktivitas kami sambil akustikan menikmati malam bersama. Hanya tenda kami yang berdiri, dan sendiri.
Bintang-bintang bermunculan dari sikap malu-malunya yang habis ditutupi awan.
Ah~ damai rasanya. Sayang, besok pagi kami harus pulang.
Selamat hari natal!
ITINERARY
Baiklah, sekarang saya akan buat itinerary selama perjalanan biar menjadi referensi perkiraan pengeluaran jika pergi ke Gunung Bundar.
Kegiatan | Dana | Keterangan |
Bensin PP | Rp30.000 | |
Retribusi | Rp10.000 | Ada di gapura besar saat mau masuk *Per orang |
Kemah | Rp25.000 | *Per malam dan per orang |
Masuk Air Terjun | Rp10.000 | *Per orang |
Nasi Uduk 3x | Rp30.000 | |
Total Biaya di Lapangan | Rp95.000 | |
Jajan sebelum berangkat | Rp150.000 | Sudah termasuk snack, amer, air putih, dan rokok |
Gas kompor kemah | Rp25.000 | |
Total extension | Rp175.000 | |
Total keseluruhan | Rp270.000 |
Komentar
Posting Komentar