Featured

BACKPACKERAN KE GEOPARK CILETUH (+ ITINERARY AKOMODASI)

by - Januari 15, 2019

kisah ngegembel (backpackeran) ke Geopark Ciletuh tanpa harus menaiki kendaraan pribadi dari Jakarta.

Banyak yang bilang, kalau mau traveling ke Geopark Ciletuh hanya bisa diakses dengan kendaraan pribadi. Alasannya, karena mereka kurang paham untuk jalur penggunaan transportasi umum ke lokasi tersebut.

Tapi di pos blog saya kali ini akan menjadi referensi buat kamu, bahwa backpackeran atau ngegembel juga bisa tanpa harus bawa kendaraan pribadi.

***

Perjalanan ini di awali dari saya dan Iqbal berangkat ke Stasiun Rawabuntu pukul 8 pagi untuk menaiki KRL sampai Stasiun Bogor pukul 11 siang. Harganya hanyalah Rp 6 ribu rupiah sampai Bogor. Untuk selanjutnya kami menggunakan kereta api biasa tujuan Stasiun Sukabumi.

Nah selama kami di KRL, kami manfaatkan waktu untuk tidur dan berkomunikasi dengan Aa' Angga. Aa' Angga ini adalah penyedia kami untuk bertahan hidup di Geopark Ciletuh, dan memberikan kami tempat untuk berkema di sekitar Panenjoan. Dari dialah kami juga bisa mempelajari rute transportasi umum dari Sukabumi. (untuk kontaknya, ditulis di itinerary list).

Sesampainya di Stasiun Bogor, untuk menaiki kereta menuju Sukabumi, ternyata beda stasiun. Kami harus nyeberang beberapa meter ke Stasiun Bogor Paledang yang berada di belakang KFC.

Tidak di sangka! ternyata Stasiun Bogor Paledang lebih kecil dari Stasiun Bogor. Stasiun Bogor yang hanya bisa untuk KRL memiliki lahan yang luas, dan rel yang banyak. Sedangkan Stasiun Bogor Paledang malah kecil dan hanya memiliki satu rel saja.

Tanpa banyak fafifu, langsung saja kami tukarkan tiket pesanan kami di pencetak tiket mandiri. Oh ya, kereta yang akan kami naiki ini adalah Pangrango kelas ekonomi dengan harga Rp 35 ribu. Bisa pesan langsung di stasiun juga, karena pengguna kereta ini enggak ramai-ramai amat.

Setelah 2 jam kereta Bogor-Sukabumi, kami lanjut lagi naik angkot untuk ke Terminal Lembursitu. Karena kita baru pertama kali di Sukabumi, kami bertanya-tanya kesana-kemari membawa alamat tentang angkot yang jurusannya ke Terminal Lembur Situ.

Setelah dapat informasinya, kami perlu berjalan beberapa meter dari stasiun untuk masuk ke pasar. Ya, namanya juga pasar buat kamu yang jijikan yang sabar saja ya. Karena banyak becekan, dan bau-bau dagging yang pedih kalau dihirup. Tapi di ujung sana, langsung ada angkot warna kuning yang tujuannya ke Terminal Lembursitu dengan harga Rp 10 ribu sekali jalan.

Selama perjalanan angkot yang membawa penumpang kesana-kemari dan tertawa, saya kembali cek WA dari Aa' Angga.

"Setelah sampai di Terminal Lembursitu, cari elf yang tujuan Cikangkungan, tapi nanti berhentinya di Mareleng" kata Aa' Angga.
 Wokeh, langsung saja saya dan Iqbal setibanya di Terminal Lembursitu mencari elf tersebut. Elf ini sepi hanya berisi 4 orang termasuk saya, selama perjalanannya pun juga bertambah tapi tidak sampai penuh. Harganya Rp 40 ribu per orang.

Kendaraan umum untuk ke Geopark Ciletuh berupa Elf dari Sukabumi. Jadi bisa dong backpackeran ke sana.


Jalanannya kelak-kelok dan panjang dong! Gila, saya saja sampai mau muntah karena jalanannya yang zig-zag. Mengingatkan saya pada jalanan di Flores (Labuan Bajo-Ende) hampir semuanya zig-zag.



Tuh buktinya, (btw yang benar jalurnya menggunakan yang 2 jam-an walaupun rasanya seperti 3 jam di jalan)

Sesampainya di persimpangan Mareleng, yang memang sudah umum digunakan untuk turun menggunakan elf ini, kami harus naik ojek. Naik ojek menuju Panenjoan dengan harga Rp 25 ribu per orang. Ya, karena sudah malam, kami pun harus naik ojek, karena tidak ada kendaraan lain untuk ke lokasi.

Di Panenjoan, kami bertemu dengan Aa' Angga. Orangnya baik, dan sepertinya seumuran. Ia memberikan tempat kemah untuk kami di dekat jurang Panenjoan. Wuidih, pasti keren dong viewnya kalau sudah siang. Untuk berkemah, di sini harus membayar Rp 100.000 per rombongan tiap malamnya.

Aa' Angga orangnya ramah, katanya kalau butuh apa-apa langsung kontak dia saja. Kebetulan pula, dia jaga ronda di pos sekretariat geopark yang cuma beberapa langkah dari tempat kemah.

***

Setelah saya dan Iqbal mendirikan tenda, kami pun tidak mau melewatkan malam ini dengan hanya leha-leha di tenda saja. Kami pun mencoba mencari makan, karena kompor yang kami bawa untuk memasak ternyata rusak.

Di dekat kemah kami, ada warung yang buka sampai malam. Dijaga oleh sepasang suami-istri (kami hanya memanggil mereka dengan Kakang dan Teteh). Kalau kamu cek di beberapa blog, beberapa pejalan menginap di warung sekitar Panenjoan, nah warung ini lah yang sering dipakai nginap secara gratis oleh beberapa traveler yang kami baca. Tapi sekarang, sedang sepi karena berita longsor di Cisolok dan tsunami di Selat Sunda.

Mie yang kami bawa dimasak oleh si Teteh. Dengan rasa hormat, kami memesan nasi dan beberapa lauk agar ada pengeluaran kami yang berarti untuk menambah pemasukan usahanya Teteh.

Di geopark juga bisa buat kemah dong, biar syahdu ya kan...

Selama makan, ternyata Teteh ini berbagi informasi dengan kita. Untuk keliling di sana harus sewa motor, dan orang-orang di sini beberapa mau disewakan motornya. Wajar bila semua orang di sini mau memberikan jasanya kepada wisatawan, karena tujuan Geopark sendiri gunanya membina warga sekitar untuk membangun usahanya, dan mengembangkan wisata dengan tangan masyarakat sendiri. Dengan kata lain, di sini tidak ada perusahaan swasta yang mendirikan penginapan dan sebagainya, tetapi dipegang masyarakat sendiri. Keren.

Teteh juga menyediakan penginapan murah untuk kami, Rp 150 ribu per malam. Oke, malam berikutnya kami akan menginap di penginapannya. Malam ini bersakit-sakit dahulu, tidur di atas kasur kemudian.

***

Pagi harinya, kami terbangun dari tenda dengan pemandangan jurang yang indah. Bisa melihat pantai yang jauh nun di sana. Serta area persawahan di bawah sana seperti permadani sajadah masjid yang mentok dengan dinding. Tentunya momen seperti ini tidak kami lewatkan dong untuk berfoto-foto.

Jurang Panenjoan ini ada di lokasi perkemahan, buat backpacker yang mau kemah jangan khawatir banyak warung dan cara untuk mengakses Geopark Ciletuh.


Selanjutnya setelah kami membereskan tenda, kami check-in penginapan di tempat teteh, sekaligus menyewa motor salah seorang warga. Motor yang kami sewa adalah Satria FU, yang berarti itu motor kopling, dan saya tidak bisa membawanya. Tapi tenang, untung ada Iqbal, jadi dia yang mengendarai motor ke lokasi-lokasi yang sudah saya rencanakan.

Lokasi pertama, Curug Sodong.

Sesampainya di sana, motor FU ini kuncinya hilang selama perjalanan. Lubang kuncinya dol membuat kunci manapun bisa dipakai a.k.a Salome (Satu lobang rame-rame). Untungnya di parkiran Curug Sodong langsung ada Aa'-Aa' yang mau meminjamkan kuncinya untuk mematikan dan menyalakan motor. Ya, selama kami menggunakan motor ini, otomatis akan menggunakan kunci orang untuk mematikan dan menyalakannya kembali.

Di Curug Sodong, hanya bisa foto-foto, tidak bisa berenang, terjunan airnya besar. Tapi apalah arti curug kalau tidak bisa dipakai berenang? Akhirnya kami naik ke Curug Cikanteh yang ada di atasnya Curug Sodong. Untuk kesana harus menyewa pemandu seikhlasnya saja.

Dan inilah Curug Cikanteh. Wadidawww, indah nian. Bebatuan yang licin serta struktur curugnya yang memanjakan mata, kami siap-siap untuk berenang.


Oh ya, kata pemandu kami, di Curug Sodong-Cikanteh ini memiliki 30an pemandu, tapi jika ramai akan ada pemandu tambahan. Lalu, sebenarnya ada curug yang paling atas lagi yang bisa dilihat selama perjalanan Panenjoan-Ciemas karena berada di tepi jurang yang tinggi, tapi untuk sementara tidak boleh dikunjungi karena bebatuannya yang sangat licin, dan berbahaya karena musim hujan.

Setelah puas berenang dan foto-foto, kami langsung mandi dan melanjutkan perjalanan ke Curug Cimarinjung. Alasan kami mandinya sekarang, karena Curug Cimarinjung tidak bisa digunakan untuk berenang karena airnya sangat besar dan deras.

Selama perjalanan saya dan Iqbal bertanya-tanya soal kunci yang hilang sebaiknya bagaimana. Pikiran kami adalah membeli kunci di toko material dengan harga Rp 30 ribuan, atau menservis duplikat kunci yang bisa memkan ratusan ribu rupiah. Tapi kita tidak bisa seenaknya ganti kunci orang tanpa memberi kabar ke pemiliknya. Saya tidak menyimpan nomor Aa' pemilik motor ini. Bahkan kami memikirkan hal terburuk untuk solusi ini adalah untuk mencuri kunci motor FU orang untuk motor ini, tapi dosa kami sudah kadung bertumpuk, dan ingin menjadi warga negara yang baik, rajin, senang menolong, dan tidak lupa mengerjakan PR, (lah?).

Akhirnya, kami deal, untuk mengabari Aa'nya saat kami sudah kembali dari keliling-keliling Geopark ini.

***
Next, kami tiba di Curug Cimarinjung. Curug besar ini sedang kotor ternyata airnya karena musim hujan. Jadi ya, begitu rada butek kecoklatan begitu, karena membawa tanah yang terbawa oleh air.


Curug ini berada di dekat tanjakan menuju Bukit Darma, jadi sekalian saja saya dan Iqbal berkunjung dan melihat-lihat.

Berikutnya, langsung kami gas ke Bukit Darma dengan FU yang kuncinya dol begitu.

Untuk ke Bukit Darma, harus melewati tanjakan terjal. Cukup menguras tenaga sih, amit-amit kalau tidak kuat menggas motornya. Terlebih, ada tikungan yang cukup tajam untuk sebuah jalanan yang kecil yang ramai dilalui orang-orang. Untungnya sih, kami datang saat Geopark Ciletuh ini lagi sepi.

Di sekitar Bukit Darma banyak warung-warung untuk mengisi perut kosong. Kebetulan saya dan Iqbal belum makan siang, jadi kami makan di sini. Harganya masih dihitung kisaran murah, Rp 12 - Rp 20 ribu-an lah. Jadi aman untuk dompet.




Setelah makan, kita langsung melihat-lihat pemandangan pantai dari ketinggian. Sengaja kami tidak ke pantainya, sebab bisa dilihat dari atas juga, kan cukup untuk mengaguminya dari jauh daripada memiliki tapi itu rasanya sakit (eaaaak!). Iya, saya dan Iqbal memutuskan tidak ke pantai selain itu juga karena takut ada kenapa-kenapa misalnya tsunami atau apa. Sebab lagi ramai bencana alam.

***

Selesai dari itu, kami kembali ke Panenjoan tempat kami menginap dan bertemu dengan Aa yang menyewakan motor, kami siap bertanggung jawab bagaimana pun pahitnya.

Tapi pas kami sampai, Aa' itu ada di warung! Terkejut dong saya terheran-heran sebab abang belum pernah ke sana, dan diajak Namboru Panjaitan makan daging anjing dengan sayur kol tiba-tiba ada si Aa' di sana.

Yasudahlah, dengan jiwa perwira lelaki yang bertanggung jawab saya langsung kasih tahu terus terang dengan kejadian kunci.

"Punten A'" ujar saya
"Iya, kunaon (kenapa)?" tanyanya.
"nganu A', kunci motornya ilang di jalan A', lubangna dol ya?" kata saya terus terang, dengan perasaan tidak enak.
"Oh! iya, saya teh lupa kasih tahu kalau kuncinya dol begitu. Terus kumaha (bagaimana)?"
"Ya, kami ke sini tadi pakai kunci-kunci motor orang, dan bisa"

Terus Aa'nya manggut-manggut.
"Yasudah gak apa apa" katanya.
"Maksudnya A'?"
"Udah sering bang begini mah, ada kunci cadangan kok saya di rumah hehehehe"

ALHAMDULILLAH, PUJI TUHAN!!!! Jawabanmu, cengegesmu, itu lho A' sejukan hati saya dari krisis finansial ini.

Akhirnya, setelah motor dimatikan oleh Iqbal, sekalian kami kembalikan, kami langsung nongkrong di warung Teteh untuk menyeruput kopi dan merokok sambil menunggu sunset. Sayangnya, awan mendung di sisi barat sehingga sunset tertutupi. Tapi setidaknya, kami lega dari pengeluaran berlebih.

*** 
Esok harinya, kami harus ke Sukabumi lagi untuk naik kereta ke Bogor. Dari Geopark Ciletuh, kami kebetulan dapat mobil pickup yang melintas dan mebolehkan kami menumpang sampai Mareleng. Dan kami naik elf yang mirip kayak tornado dufan itu lagi.

ITINERARY AKOMODASI

Sebelumnya, di sini saya menginformasikan bahwa elf dari Sukabumi ke Geopark Ciletuh hanya tersedia pagi dan siang saja, begitu juga sebaliknya. Perjalanan saya ini menggunakan Elf yang berhenti di Mareleng dan itu masih lumayan jauh dari Geopark.

Kontak Aa' Angga: +62 857 9801 5929

Oh ya, RETRIBUSINYA GRATIS! atau bayar seikhlasnya.

Akomodasi Dana Keterangan
Commuter Rawabuntu-Bogor  Rp 6.000 PP *belum dikali 2)
KA Pangrango PP Rp30.000 PP *belum dikali 2
Elf Rp 40.000 *Hanya sampai dan dari Mareleng.
Jika ingin sampai ke Panenjoan tersedia Pagi-Siang
PP *belum dikali 2
Ojek Mareleng-Panenjoan Rp25.000
Camp Ground di Panenjoan Rp100.000 *Per malam/rombongan
Penginapan si Teteh Rp150.000 * Per malam
Sewa motor Rp 80.000
PemanduRp20.000 *Per rombongan. Sebenarnya seikhlasnya saja
Parkir per lokasi Rp 5.000 Belum dikali 3
Total keseluruhan Rp456.000 *belum termasuk makan dan jajan.

You May Also Like

0 komentar