Featured

TRIP MURAH UJUNG KULON UNTUK KEMBALIKAN SURGA BANTEN

by - Februari 23, 2019


Suatu kesempatan berharga bagi saya mendapatkan perjalanan murah untuk berpelesiran di Taman Nasional Ujung Kulon. Harga yang saya dapatkan adalah Rp 450 ribu saja dari program bernama Destination For Care Sumur yang diadakan oleh Pemuda Sumur Peduli yang bekerjasama dengan beberapa komunitas, perusahaan trip, dan media, salah satunya adalah Ujung Kulon Adventure yang menyediakan jasa trip ini di lapangan.

Alangkah senangnya saya mendapatkan kesempatan untuk trip ini sebagai media peliput kegiatan positif ini. Karena kegiatan ini adalah upaya untuk mengembalikan kembali para pemuda Sumur untuk membangun kembali perekonomian mereka dan wisata Ujung Kulon.

Start Semanggi


Perjalanan diawali di titik kumpul di Plaza Semanggi tanggal 15 malam. Terdiri 8 orang yang start di sana termasuk saya. Di sana pula, saya bertemu dengan seseorang yang saya temui saat naik kereta ke Malang, bernama Dencu.

Dencu tidak sendirian saat saya tiba, dia bersama rekannya, Fauzi. Mereka berdua adalah anggota komunitas Backpacker Jakarta yang berbeda RT tetapi pernah satu trip BPJ saat ke Labuan Bajo bulan Juli. Tentunya dengan adanya mereka, saya tidak merasa sendiri untuk berbicara.
Searah jarum jam, dari atas (Fauzi, Dencu, Saya)
Trip yang awalnya berkumpul di Plaza Semanggi ini dipimpin oleh Deden, seorang guide lokal dari Sumur, Pandeglang. Mengejutkannya lagi, ternyata Deden sendiri cukup akrab dengan Dencu, dan asik bergaul dengan kami untuk bercanda. Ya, kapan lagi saya akhirnya bisa bergaul dengan guide leader yang asik, dan becandaannya nyambung juga dengan saya. Hehehe.

Singkat cerita, kami langsung meluncur ke Sumur dengan Avanza yang memakan waktu sekitar 7 jam, dan ditambah dengan macetnya Jakarta saat jam-jam pulang kerja.

Ujung Kulon


Kami tiba di Dermaga Tamanjaya, Sumur, saat Subuh. Mobil Avanza yang sudah mengantarkan kami ratusan kilometer ini akhirnya istirahat di sebuah warung. Dermaga Tamanjaya ini ternyata terkena dampak tsunami Desember lalu, katanya airnya sih setinggi satu meter dengan kecepatan tinggi.

Dencu yang pernah kemari pada Agustus 2018 bercerita bahwa di sekitar sini sebenarnya ada banyak warung dan ada bar yang menjual bir. Tapi semua warung dan bar saat kami berkunjung sudah tidak ada, ludes diterjang ombak kencang.

Singkat kemudian, dengan anggota trip yang sudah terkumpul langsung menaiki perahu ke Pulau Peucang untuk menginap. Perlayaran dari Sumur menuju Pulau Peucang membutuhkan waktu 2 hingga 3 jam. Di Pulau tersebut terdapat beberapa penginapan dan resort yang bisa diinapi. Kami pun menginap di tempat yang disebut sih sebagai hostel, tapi para guide menyebutnya sebagai barak.

Wow, wow.... Barak? Emangnya kami anggota TNI yang mau perang?

Beberapa vila dan resort (yang tidak disebut sebagai barak) tersebut biasanya digunakan untik private trip. Semalamnya bisa Rp 800 ribu-1.2 juta. Umunya yang bermalam di penginapan yang ongkosnya mahal adalah turis mancanegara atau rombongan trip perusahaan.


Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, Banten
Saat baru berlabuh di Pulau Peucang

Ya tapi begitulah, tapi di Pulau Peucang ini banyak sekali hewan-hewan yang berkeliaran secara bebas. Ada babi, rusa, monyet, hingga biawak. Jadi jangan heran kalau kamu bangun malam-malam karena enggak bisa tidur, lalu keluar dari barak, terus di depan barak udah ada babi yang nangkring. Tenang aja, enggak usah langung nyari-nyari ada yang jaga lilin apa enggak, atau ada yang ngepet barang-barang kok. Tenang aja.

Trip


Seperti trip pada umumnya, trip ini mengajak snorkeling. Lokasi snorkeling ini masih di sekitar Pulau Peucang, bernama spot Ciapus. Sayangnya saya tidak bisa melihat ke dalam laut, karena saat turun, saya terbawa arus laut dan kebetulannya sudah pakai pelampung sejak awal. Di spot ini, bisa lihat ikan badut lho!



Oke, timbang enggak ada cerita, dan enggak mungkin juga saya menceritakan pengalaman saya yang kebawa arus tersebut, kita beralih ke spot sunset indah di Padang Rumput Cidaon. Terletak di bagian Pulau Jawanya TNUK.

Padang Rumput Cidaon adalah habitat bagi rusa dan banteng liar. Bila beruntung, bisa bertemu dengan binatang terancam punah yang menjadi ciri khas Ujung Kulon, Badak Jawa (rhinoceros sondaicus).

Savana Cidaon bersama Fauzi

Saat kami datang di savana Cidaon, kami melihat rombongan banteng yang sedang asik makan. Tapi ketika saya dan beberapa dari kami mencoba mendekat untuk berfoto, mereka cepat sekali kabur. Mungkin banteng ini pemalu, atau takut karena banyak juga banteng yang diburu sehingga menyebabkan trauma bagi banteng-banteng tersebut.

Setelah asik, kami kembali ke dermaga Cidaon yang telah mengantarkan kami ke padang rumput yang luasnya kira-kira 6-7 kali lapangan sepak bola. Di dermaga ini kami beristirahat menunggu mentari tenggelam. Indah dilihat, matahari yang mulai bersembunyi dibalik perbukitan Taman Nasional Ujung Kulon, dan selat kecil yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Peucang yang menemani sore saya.

Kenangan yang hancur


Keesokan harinya, kami checkout penginapan dan melanjutkan pelayaran untuk pulang ke Sumur yang didahului dengan mengunjungi Pulau Badul dan Pulau Oar.

Pulau Badul dan Pulau Oar sebenarnya indah sekali dengan hamparan pasir dan hutan kecilnya. Biasanya pulau ini digunakan untuk berkemah oleh traveler. Selain itu juga terumbu karang di sekitar dua pulau tersebut adalah habitat ikan yang beragam, serta penuh warna-warni.

Semenjak bencana tsunami Selat Sunda pada akhir tahun 2018 tersebut membuat hancur lebur dua pulau eksotis ini. Terumbu karang di sekitarnya hancur, dan pepohonan tumbang.

"Agak kaget saya waktu pertama kali survey untuk buka wisata lagi. Saat saya nyemplung di Badul, bawahnya cuma pasir semua. *menghela napas* Butuh bertahun-tahun untuk tumbuh lagi. butuh 7 tahun bagi kami untuk menunggu ini kembali" Kata Deden guide kami.

Para guide lokal yang beristirahat setelah mengantar tamu keliling TNUK
Tapi bukan berarti wisata Ujung Kulon harus lesu. Pemuda Sumur Peduli terus membangun kembali dengan mengundang media untuk trip dan kegiatan yang dilakukan agar masyarakat luas sadar bahwa Taman Nasional Ujung Kulon masih eksis walau telah luluh lantak.

Semenjak dibuka kembali untuk wisata pada Januari, diadakan juga penanaman pohon di Pulau Oar dan Badul agar menghijaukan kembali destinasi ini untuk bisa dikunjungi. Beberapa komunitas bahkan perusahaan trip juga ikut melakukan pelestarian tersebut hingga artikel ini sedang ditulis.
Tanjung Lesung, 2 minggu sesudah kejadian. Lokasi terparah dari bencana tsunami Selat Sunda. Foto ini diambil saat saya berkunjung ke Selat Sunda untuk donasi.

Trip Destination For Care Sumur ini sendiri juga demi membangun semangat kembali para pemuda sekitar untuk bekerja lagi. Karena menurut keterangan PSP masih banyak yang trauma untuk melaut, dan berwisata ke sini lagi. Trip ini juga untuk membangun kembali perekonomian lokal yang sempat lumpuh seiring ombak tsunami menerjang.

Trip ini mengundang beberapa awak media, termasuk saya untuk membawa TulisanKita ke dalam publikasi wisata ini.

You May Also Like

0 komentar