Featured

PERJALANAN PADANG-MEDAN

by - Desember 09, 2017


Hallo guys, postingan kali ini akan menceritakan perjalanan saya bersama rombongan keluarga saya berjalan-jalan dari Padang hingga ke Medan. Perjalanan ini dilaksanakan pada saat idul fitri tahun 2014. Kami berpergian menggunakan mobil yang kami bawa dari Jakarta.

Perjalanan ini kami saat tiba di Sumatera Barat, mengelilingi tempat-tempat menarik di Sumatera Barat. Sebelumnya, kami menginap dahulu di rumah keluarga kami di Padang, tepatnya di sekitar Pasar Alai.

Sore harinya, kami menuju ke Pantai Air Manis yang terdapat patung Malin Kundang yang dikutuk oleh ibunya. Patung Malin Kundang tersebut, persis seperti orang yang sedang sujud, namun terkikis dimakan zaman. Selain itu juga, lengkap dengan dek kapal yang sudah membatu (mungkin karena terkena kutukan ibunya juga) mengelilingi patung Malin tersebut.


Pantai ini saat kami kunjungi, masih kotor seperti tak dirawat oleh penduduk dan pemerintah sekitar. Lokasinya tidak jauh dari kota Padang, cukup memakan waktu 1 jam saja dengan mendaki bukit, hingga akhirnya tiba di tepi pantai barat Sumatera.


Selain itu, kami juga menikmati sunseti yang indah di sini, yang tak boleh kami lewati keindahannya.

Di lain hari, saya diajak oleh paman saya berjalan menggunakan sepeda motor menuju kabupaten Solok. Di sana kami berdua, mengunjungi Danau Kembar yang tersembunyi dan sunyi dari keramaian. 
Danau Kembar ini terdapat dua danau, yakni Danau Di Atas dan Danau Di Bawah, keduanya memberikan sensasi tentram dengan mengitari danau dengan perahu, seharga Rp50.000/orang. Suasana di sekitar begitu sejuk karena dekat dengan gunung Talang dan gunung Kerinci. Tempat ini juga dekat dengan perbatasan Sumatera Barat-Bengkulu-Jambi.

Berhubung Sumatera Barat adalah provinsi yang dilintasi oleh Bukit Barisan, saya menyempatkan diri mendaki salah satu bukit yang berada di tepian Bukittinggi.

Pendakian saya bersama dengan rombongan teman-teman santri dari teman saudara saya, Bang Edo. Pendakian cukup memakan waktu beberapa menit saja. Setelah sampai di puncak, kami bisa melihat negeri di atas awan meskipun hari sudah menjelang siang. Awan masih menghampiri perbukitan dan memayungi pedesaan di kaki bukit.


Setelah menikmati keindahan alam Sumatera Barat, saya bersama rombongan keluarga dari Jakarta, melanjutkan perjalanan ke Sumatera Utara. Namun sebelum itu, tak sah rasanya jika kami belum ke tempat mantan ibukota Indonesia, dan sekaligus menjadi kota kelahiran ibu saya, Bukittinggi.



Bukittinggi terkenal dengan Jam Gadang yang berdiri sejak era Hindia-Belanda. Jam Gadang ini, telah berganti-ganti atap mengikuti zaman pemerintahnya. Uniknya lagi, Jam Gadang ini tidak dibangun menggunakan semen, namun menggunakan campuran kapur, putih telur dan pasir putih, tapi bisa kokoh dari tahun 1926.

Sumatera Barat sudah dikelilingi, berikutnya kami menuju Sumatera Utara. Di sana kami berkunjung ke rumah keluarga di Pematang Siantar. Kami menempuh perjalanan 13 jam dari Bukittinggi. Sesampai di sana, kami bersilaturahim.


Tak sekedar basa-basi untuk bersilaturahim, kami langsung mengeksekusi bersama keluarga di Pematang Siantar untuk ke pulau Samosir. Pulau Samosir sendiri berada di tengah-tengah danau Toba.



Di pulau ini terdapat berbagai macam atraksi kebudayaan Sumatera Utara, terutama budaya batak. Salah satu atraksi yang paling menarik di sini, adalah melihat Sigale-gale menari. Rumah adat batak juga berdiri dengan megah di pusat pulau Samosir, berisikan museum dan galeri tentang kebudayaan Sumatera Utara.

Tidak hanya Sigale-gale, di pulau Samosir terdapat makam raja-raja lokal. Malam-malam tersebut dibangun dengan sarkofagus.

Kami berlayar kembali dengan perahu untuk kembali ke tepian danau Toba. Selama pelayaran, kami melihat stalaktit di tebing pinggiran danau. Konon, stalaktit tersebut berlegendakan seorang wanita yang tidak ingin dijodohkan, sehingga ia memutuskan untuk bunuh dirinya bersama anjing yang ia bawa.


Jika di sudah di Sumatera Utara, tidak sah rasanya jika tidak makan durian yang jadi buah ciri khas di Sumatera Utara. Malam harinya setelah berjalan-jalan ke Samosir, kami menyantap durian di pinggir jalan yang sedang musim. Nikmat sekali buah durian yang sudah panen dari petaninya.

Setelah kami kenyang memakan banyak buah durian, kami berangkat menuju Medan. Ibukota Sumatera Utara ini, dulu pernah menjadi pusat kesultanan besar di tanah Batak.

Salah satu buktinya, adalah adanya istana Maimun. Istana ini adalah pusat pemerintahan kesultanan Deli. Istana ini dibangun tahun 1888. Di sekitar istana, ada juga situs bernama Meriam Puntung.



Konon, Meriam Puntung ini adalah jelmaan dari adik Putri Hijau bernama Bambang Khayali, dari kerajaan Deli Tua. Ia berubah menjadi meriam untuk mempertahankan kerajaan dari serangan raja Aceh. 

Setelah berjalan-jalan sekitar Medan, dan melihat-lihat ternyata kondisi jalanan Medan ternyata semrawut, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Jakarta melalui Riau. 

Perjalanan kami diakhiri dengan berfoto bersama di Istana Maimun yang megah.

Bagi kamu yang ingin ke Sumbar dan Sumut, cobalah menikmatinya bersama rombongan teman atau keluarga. Karena bersama keluarga, apapun yang dibutuhkan dan hal menarik lainnya, bisa di-back-up bersama.

Bila kamu ingin backpackeran, kamu bisa menggunakan transportasi umum, seperti bus Trans Sumatera, atau angkutan antar kota. Terlebih sekarang sudah ada tol lintas Sumatera yang bisa kamu nikmati dengan transportasi umum. Menggunakan kapal ferry dari pelabuhan Merak-Bakauheni juga bisa kok, harganya juga terjangkau (Baca: Gunung Krakatau)

Semoga saja, kamu bisa mendapatkan bonus jalan-jalan yang tidak terduga, dengan berjalan-jalan panjang di Sumatera.

You May Also Like

0 komentar