Pada setiap tamu yang lupa waktu.
Pada kampung halaman yang dingin.
Di sela-sela sorot media, yang terpotret hanya si miskin.
Di antara derau-derau polusi sore hari.
Kau menjelma si sibuk-sibuk yang menolak takdir.

Jakarta, menjalang ilalang di pasar tanah abang.
Digoda-goda wanita jalang, yang tak kenal kapan harus pulang.
yang penting sedikit ngangkang, keluarlah uang.

di malam panjang, kau jadi sangsi
di Gemerlap Senayan City atau Thamrin
kau bertegur miras dalam kurun yang rutin.
Entah Vodka campur Gin, yang penting minum bilang amin.

Hingga kadang tiba pembela sok asik
Menjual agama dengan angka-angka cantik.
Hingga politik menjadi hujan yang rintik
Membanjir wargamu yang tukang kritik
Mencampur sari bunga dengan sembarang putik.
Membuahkan bunga bangkai tak berjenis
Aku hanya bisa tertawa sinis.